Contoh Tulisan Berjalan

Jumat, 18 Maret 2016

KMK Pascasarjana UGM adakan Seminar Nasional dalam rangka Dies Natalis VI


Foto Bersama Panitia Seminar dengan Narasumber

Yogyakarta  Dalam rangka Dies Natalis VI, Keluarga Mahasiswa Kristiani (KMK) Pascasarjana UGM menggelar kegiatan seminar nasional dengan tema Seeking the Peace and Prosperity of Our Nation. seminar ini merupakan salah satu dari beberapa rangkaian kegiatan yang telah direncanakan oleh KMK PS UGM yang telah diawali dengan acara jalan sehat sekaligus pembukaan kegiatan Dies Natalis VI secara resmi pada sabtu lalu (27/02/16) .

Kegiatan seminar yang bertempat di gedung Kantor Pusat Fakultas Teknik UGM ini diawali oleh sambutan dari Bapak Sidik Purnomo, S.IP., M.Si. Kepala sub-direktorat Kelembagaan dan Kegiatan Mahasiswa UGM dan Ketua KMK Pascasarjana UGM, Harsen R. Tampomuri, S.IP.

Seminar yang dihadiri sekitar 200 mahasiswa dan masyarakat umum yang berasal dari berbagai daerah di indonesia ini diadakan dalam rangka mendiskusikan bersama peran segenap warga negara dalam hal ini mahasiwa yang merupakan kaum intelektual muda untuk mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat.

Sesi awal seminar ini mendengarkan keynote speech dari Gubernur D.I.Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X yang diwakili oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah D.I.Yogykarta Bapak Drs. Sulistiyo, SH.CN.M.Si. Selain mengucapkan selamat dies natalis ke 6, gubernur DIY menyampaikan beberapa hal dalam keynote speechnya.

Dalam penyampaian yang diwakili oleh Bapak Drs. Sulistiyo, SH.CN.M.Si, beliau menjelaskan bahwa kota Yogyakarta yang juga disebut dengan julukan city of tolerance telah dikenal sebagai kota yang aman, damai, tenteram dan seolah tanpa gejolak, meskipun orang dari seluruh nusantara bahkan mancanegara dengan berbagai karakter dan latar belakang hidup bersama. ini yang menyebabkan yogyakarta menjadi contoh sekaligus model kota yang toleran. Oleh karenanya, setiap umat beragama di Yogyakarta diharapkan dapat mewujudkan persaudaraan atau saling memberi kasih sayang atau saling mencintai satu dengan yang lain. Baik dalam hubungan keluarga, kelompok maupun dalam bingkai kemanusiaan.  

Beliau juga menekankan bahwa kita juga harus mengedepankan cita-cita luhur untuk menyempurnakan tata nilai kehidupan masyarakat Indonesia berdasarkan nilai budaya daerah asli, antara lain Hamemayu Hayuning Bawono yang berarti membangun dengan ramah lingkungan hidup agar dunia menjadi hayu (indah) dan rahayu (selamat dan lestari); Asih Ing Sesami yaitu cinta kasih kepada sesama dan lain sebagainya.

Seminar ini dimoderatori oleh Bapak Joash Tapiheru, S.IP., M.A. yang merupakan Peneliti Research Centre for Politics and Government, JPP Fisipol UGM. Sesi pertama dengan tajuk Business and Human Rights: Dilemmas and Solutions menghadirkan narasumber yang telah berpengalaman di bidangnya, antara lain Dr. Molan Tarigan, S.H., M.H (Direktur Instrumen HAM, Kementerian Hukum dan HAM RI), J.S. George Lantu ( Direktur Kerjasama ASEAN, Kementerian Luar Negeri) serta Dra. Alida Handau Lampe Guyer, M.Si (Ketua Umum Partisipasi Kristen Indonesia) yang juga merupakan pengusaha.

Pada sesi pertama ini, narasumber mengulas tentang Perlindungan Hak asasi manusia dalam setiap kegiatan usaha dan proses bisnis yang ada di Indonesia serta peran dan tanggung jawab negara untuk melindungi hak asasi segenap warga negara.

Ibu Alida dalam materinya menyampaikan bahwa ekploitasi sumber daya alam saat ini terjadi secara sembrono. Hal tersebut juga hanya dikuasai oleh segelintir elit, dan punya akses terhadap kekuasaan dan dunia usaha. Sementara itu Bapak Molan Tarigan dalam pemaparannya menjelaskan ada dilema antara hak asasi dan bisnis sehingga dibutuhkan keseimbangan dan bagaimana menemukan keseimbangan tersebut. Tantangan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean juga dipaparkan oleh Bapak George Lantu pada sesi ini.

Seminar pada sesi kedua diadakan dengan tajuk The Challenges in Building Multicultural State. Narasumber pada sesi ini antara lain dr. Delis Jukarson Hehi, MARS ( DPD RI), Gregory Allen Vanderbilt, Ph.D (Visiting Scholar, UCLA, USA) dan K.H. Abdul Muhaimin ( Ketua FPUB Yogyakarta) yang merupakan pendiri dan pengasuh pondok pesantren Nurul Ummahat Kotagede, Yogyakarta.

Seminar pada sesi kedua ini berbicara lebih banyak tentang tantangan dan peluang dalam membangun  negara yang multikultural. Anggota DPD RI, Bapak Delis Hehi dalam pemaparannya menyebutkan beberapa tantangan dan penyebab potensi konflik yang dapat terjadi antara lain kurang mengenal dan saling mencurigai antara satu kelompok dengan yang lain. disamping itu, beliau juga menyampaikan peran wakil daerah dalam hal ini DPD RI yang hadir dalam semangat untuk mempertahankan NKRI dan menjadi jembatan aspirasi daerah.

Dalam pemaparan berikutnya, Gregory Allen Vanderbilt, Ph.D menjelaskan tentang perdamaian dunia. beliau mengatakan Indonesia bisa menjadi contoh negara yang hidup rukun dengan kondisi yang multikultural. Dia juga menjelaskan contoh peristiwa diskriminasi yang terjadi di Amerika Serikat pada masa lalu serta penyelesaiannya. dalam penutupnya dia mengutip sebuah pernyataan yang berbunyi "If you have the feeling that something is wrong, don’t be afraid to speak up". yaitu ketika kita merasakan sesuatu yang salah, maka kita tidak perlu takut untuk menyuarakannya.

Sementara itu K.H. Abdul Muhaimin lebih banyak memaparkan penerapan toleransi dalam keberagaman melalui pengalaman yang dialaminya untuk membangun persatuan dalam keberagaman dari kegiatan yang dilakukannya. Beliau juga menekankan bahwa hak beragama adalah hak pribadi yang tidak boleh diganggu oleh orang lain, sehingga ketika hak beragama diberi kebebasan dan perlindungan maka akan mengurangi potensi terjadinya konflik. Selain pemaparan materi dari setiap narasumber, kedua sesi dalam seminar juga diisi dengan tanya jawab dan diskusi dari peserta yang berlangsung dengan hangat dan penuh antusias.

Dalam pelaksanaan seminar ini, ada dua orang narasumber yang awalnya direncanakan hadir untuk menyampaikan materi namun berhalangan hadir. Mereka antara lain, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Bapak Jenderal TNI (Purn). Luhut Binsar Pandjaitan, MPA yang seharusnya menjadi keynote speaker namun berhalangan hadir karena harus mempersiapkan KTT OKI di Jakarta. Selain itu Letjend TNI (Purn). E.E. Mangindaan (Wakil Ketua MPR RI) juga direncanakan akan menjadi narasumber pada seminar di sesi II, namun beliau berhalangan hadir karena ditugaskan untuk menghadiri pertemuan di Sulawesi Utara.

Seminar dengan tema Seeking the Peace and Prosperity of Our Nation ini ditutup dengan ucapan terima kasih dari Ketua Panitia, Denny Haryanto Sinaga, S.Pd serta sesi foto bersama dengan para narasumber. Ketua Panitia menyampaikan rasa syukur dan terimakasih kepada para narasumber,peserta, panitia serta berbagai pihak yang mendukung kegiatan tersebut sehingga dapat terselenggara dengan baik.

Kegiatan Seminar ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan dies natalis VI KMK Pascasarjana UGM. Selain kegiatan seminar tersebut,ada beberapa kegiatan yang juga akan mengisi rangkaian Dies Natalis VI ini, antara lain Ibadah Perayaan Dies Natalis yang dilangsungkan pada hari yang sama pukul 18.30 di Gadjah Mada University Club Hotel & Convention yang akan dipimpin oleh Romo E. Azismardopo Subroto, SJ serta kegiatan Call for Paper yang akan dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 206 di Gedung Sekolah Pascasarjana UGM. (DHS)

0 komentar:

Posting Komentar